Gegap
gempita musik pop Korea atau disebut juga dengan Kpop memang tengah
melanda dunia. Bukan hanya satu bahkan ribuan remaja Indonesia, tapi juga para
remaja di seantero bumi, tak terkecuali mulai dari Malaysia, Filipina,
Thailand, Jepang, Uzbekistan, Eropa, Kanada hingga Amerika Serikat.
Ludesnya
tiket konser Kpop di Le Zenith de Paris concert hall, pada 10 Juni dan 11 Juni
lalu mungkin bisa menjadi bukti di mana pengaruh Kpop
juga telah mendapat tempat di hati para penggemarnya di Eropa. Awalnya, konser
yang menampilkan kelompok-kelompok musik TVXQ, SNSD, Super Junior, SHINee, dan
f(x) itu adalah pertunjukan tunggal yang sedianya hanya dilakukan satu malam.’
Tapi
apa boleh buat. Animo membludak. Hanya dalam 10 menit, ribuan tiket ludes.
Pengunjung tak hanya datang dari Perancis. Ada pula yang langsung datang dari
Spanyol dan Italia. Mereka membuat petisi menuntut agar pertunjukan
diperpanjang menjadi dua malam. Mereka juga menggelar demonstrasi
menuntut hal yang sama di Museum Louvre. Petisi dikabulkan.
Seperti
dilaporkan KoreaHerald.com, dalam satu malam, lebih dari 7000 penggemar, larut
dalam konser. Selama sekitar tiga jam, mereka bergoyang dan bernyanyi bersama.
Penyelenggara memperkirakan hanya sekitar 2 persen dari seluruh total
pengunjung adalah penonton Korea. Berikutnya, media-media Perancis seperti Le
Monde, Le Figaro, mendefinisikan konser itu sebagai sebuah “new sensation”.
Fenomena
seperti itu bahkan bukan barang baru bagi publik pecinta K-pop di Amerika
Serikat. Pada acara ‘SM Town Live 2010 World Tour in LA’ yang digelar September
2010, sekitar 15.000 fans berkumpul di Los Angeles menyaksikan Kangta, BoA, U
Know, Max, Super Junior, SNSD, SHINee, f(x), Zhang Li Yin, dan Trax.
Saat
itu, penonton yang merupakan orang Korea hanya sekitar 30 persen dari semua
penonton. Sementara pengunjung dari Asia lainnya sekitar 20 persen dari semua
jumlah pengunjung. Sisanya, adalah penonton yang tak Cuma berasal dari Amerika
Serikat, namun juga dari Eropa serta Amerika Latin.
Tapi, mengglobalnya K-pop
tidak hanya terlihat di panggung-panggung konser Kpop di negara barat.
Tengoklah ke salah satu negara di Asia Tenggara yakni Indonesia. Music Bank. Perhelatan musik boyband dan girlband K-Pop yang diselenggarakan dalam
rangka merayakan 40 tahun hubungan diplomasi Indonesia dan Korea Selatan. Acara
ini diadakan 9 Maret 2013 di Gelora Bung Karno, Jakarta. Delapan boybanddan girlband Korea memeriahkan konser besar ini,
yaitu Super Junior, Shinee, 2PM, Infinite, B2ST, Eru, Sistar, dan Teen Top.
Menurut pengamat musik tanah air,
Bens Leo, kebangkitan industri Musik Korea muncul setelah adanya kebangkitan
musik Jepang (J-pop). Bila sebelumnya Jepang bangkit dengan kelompok band-nya,
Korea bangkit dengan kelompok vokal, baik boy band maupun girl group.
Kebangkitan musik K-pop ini, kata Bens, sudah
dipersiapkan sejak lima tahun lalu, karena Korea Selatan punya semangat untuk
mendapatkan pengakuan agar negara mereka diakui sebagai salah satu pusat budaya
lain selain Jepang. “Jadi ini bukan sesuatu hal yang instan,” kata Bens.
Kelompok vokal Korea itu, Bens menjelaskan, digembleng
begitu lama di bawah tim manajemen yang ketat, dan mereka tak akan berani
menelurkan album secara sembarangan. Mereka, kata Bens, sangat memperhatikan
detil penyusunanreportoire lagu,
pemilihan personil, hingga pemilihan fashion.
Sebab,
seperti Jepang, musik Korea ini punya dua unsur utama, yakni fashion dan musik
itu sendiri. Oleh karena itu biasanya K-pop ini mengusung dance music,
beraliran hiphop, kadang diselingi unsur rap, serta unsur koreografi dan kostum
menarik. Di sini, ketampanan atau kecantikan ragawi lebih bunyi, ketimbang
kualitas penciptaan musik oleh mereka sendiri.